Apakah, kamu pernah menyukai seseorang hanya dalam beberapa menit setelah mengobrol santai di dunia maya? Aku pernah dan telah mengalaminya detik ini juga. Kesan itu tertinggal mendalam pada benakku. Cara berpikir dan bicara seseorang seperti dia yang rasanya lama aku cari. Akhirnya kutemukan, tapi tidak bisa kumiliki. Kenapa demikian? Karena banyaknya hal yang berbeda, bukan semata tempat tinggal, namun juga keyakinan.
Aku tidak mengatakan perasaanku padanya, tentu saja aneh kalau aku mengutarakan perasaan pada seseorang yang baru aku kenal lewat chating selama dua hari. Lagipula dia memiliki cara pikir yang berbeda denganku. Dia satu-satunya orang yang pernah mengatakan padaku ‘bahwa ia tidak perlu repot berpacaran’ karena untuknya itu mengganggu. Ucapannya mengingatkan aku pada kata-kata yang sama dengan prinsip hidupku selama beberapa tahun belakangan. Membuang cinta pada tempat terjauh dalam benakku, menguburnya sampai pada kerak hatiku, dan saat itu, aku baru menyadari seberapa dingin hatiku saat itu. Seberapa takutnya aku menerima perasaan cinta karena takut terluka dan berharap.
Memiliki Hati yang Dingin
Orang yang mengatakan tidak ingin jatuh cinta, sebenarnya hanya takut terluka, takut terlalu bahagia dan mengikat diri pada seseorang yang tidak akan bisa dimiliki. Aku mengerti itu dan tidak mencoba untuk membuatnya membuka diri lebih jauh. Aku sedikit mengerti karena aku pernah berada di posisi yang sama.
Perbedaan Keyakinan
Aku meyukainya dalam obrolan dua hari itu. Dalam benakku, jika saja semua tak cukup berbeda, aku mungkin sudah menemukan seseorang yang bisa mengisi hari dan kesepianku. Seseorang yang akan membuatku melepas status single dan tidak pernah berpacaran selama bertahun-tahun. Sekarang aku sedang berada pada tahap untuk melepaskan rasa galau dan ketidak terimaan itu. bagaimana pun melupakan sesuatu dalam hidup adalah hal yang nyaris tak mungkin. Manusia tidak akan hidup untuk melupakan tapi untuk mengenang. Pahit memang tapi kenyataan memang begitu adanya.
Bangkit dari Cinta
Aku memulai dengan merenung, sedikit menyangkal pada keadaan ini dan masih berharap bahwa ada sebuah keajaiban di mana dia bisa menjadi teman dalam hal cinta untukku. Bagiku penyangkalan adalah tahap awal yang sulit, tapi semua orang yang berusaha untuk bangkit dari cinta akan melalui jalan serupa. Dan inilah bagian paling pahit, karena harapan itu masih sulit untuk ditinggalkan ataupun dicampakkan seolah sampah tanpa sisa. Aku tidak menangis, tapi semua orang yang melalui tahap cinta paling dalam akan menangis. Jadi menangislah! Berteriak sampai rasa perih itu seakan rontok dalam setiap gema kegaduhan yang kaulakukan.
Tak Perlu Menyangkal
Mengingat dan terkenang kemudian rindu, tidak apa-apa, tidak perlu ditolak. Akan ada masa dimana aku, atau kamu sedang menulis, membaca atu merenung lalu mendadak teringat pada seseorang kemudian rindu. Jangan menolak! Tapi menerima rasa rindu dan sakit adalah proses alami.
Berdamai dan menerima kenyataan
Berdamai dengan keinginan untuk bisa memiliki, menerima bahwa semua harus diakhiri baik sebelum dimulai maupun setelah memulai. Berdamai dengan cinta yang lama dan menerima bahwa cinta adakalanya perlu diakhiri. Berdamai dengan hasrat tertinggi dan gelora terbesar untuk bersama. Berdamai bahwa semua memang ditakdirkan demikian.
Pada dasarnya cinta bukanlah semata jalan untuk meraih kebahagiaan, namun juga cara untuk menderita dalam waktu lama. Orang-orang seringkali belajar mencintai tapi lupa belajar patah hati.
pobela.com