-->

Sunday, November 27, 2016

Hai Masa Lalu, Aku Ingin Berdamai Denganmu

Hari itu segalanya berubah seketika, seperti tersambar petir meski langit berhiaskan bintang dan bulan. Tak ayal diriku berharap ini hanya sebuah mimpi buruk yang kulalui, namun ucapan di bibir lugumu membangunkanku bahwa ini bukanlah mimpi. Mimpi atau semacam fatamorgana, namun ini semua nyata. Adanya pertemuan terbalut perpisahan.

Lampu merah itu berubah menjadi hijau
Rasanya seperti  baru kemarin, lampu merah itu berubah menjadi hijau. Hati yang sudah cukup berlumut dengan senang membuka pintu, tanpa berpikir ribuan jarum pernah menusuknya. Dimana diri ini merasakan kehangatan kembali, letupan demi letupan yang selalu bergejolak menggetarkan hati. Dirimu hadir bagai malaikat, membalut luka lama yang tak kunjung pulih karena dia.

Dialah penjahat yang bertopeng korban
Dia, apa kabar dirimu kini? Cukup berbahagiakah kau dengannya? Masihkah hari ini kau ingat padaku? Sepertinya tidak, fase yang dilewati telah terhapus begitu saja oleh janji manismu sendiri setelah kamu menikmati semuanya. Bukan karena diriku tak bisa mempertahankanmu, namun dirimu telah tergoda yang lainnya. Diri ini berpikir, benarkah kali ini kita memang hidup di zaman terbalik? Dimana korban terlihat menjadi penjahat, dan penjahat sebenarnya terlihat menjadi korban.
Kutemukan sosok baru dalam dirinya
Diri ini menemukan sosok baru dan rasa percaya diriku mencapai level tertinggi kembali, dimana diriku dapat berdiri tegap tanpa melihat ke belakang. Kugantikan dirimu dengan sosok yang amat sempurna di mataku. Sosok dari masa depan, yang membangunkanku dari keterpurukan setelah kulewati ratusan purnama yang ada.
Kejujuran masa laluku, membuat logika cintamu runtuh
Cukup singkat dengan apa yang dilewati oleh kami berdua, baru saja aku merasakan bunga bersemi yang masih ku semai sisa benihnya. Dan kejujuran masa laluku terhadapmu, membuat logika cintamu runtuh seketika. Prinsip yang kamu genggam, mematahkan segalanya. Ucapan yang keluar dari bibir lugumu itu, mengingatkanku kembali akan pedihnya ribuan jarum menusuk hati. Perpisahan.
Berjalan kembali sendiri, hingga lampu hijau menyala
Aku harus segera menyibukkan diriku kembali, melanjutkan perjalanan hijrahku, melawan kerinduanku padamu dan merasakan pedih oleh tusukan jarum terhadap setiap detik yang ku miliki. Bukanku menyerah, namun ku coba bijaksana dengan keyakinan skenario yang dibuat olehNya. Setiap orang alim pasti punya masa lalu, dan pendosa sepertiku pun memiliki masa depan.
Masa laluku, Berdamailah
Terima kasih kau telah hadir dalam hidupku, mungkin kau akan lebih berdebu karena aku akan sangat jarang mengunjungimu. Meski singkat namun kamu tetap menjadi bagian perjalanan hijrahku, menjadikanku lebih dewasa dengan kesibukkan masa kini dan impian masa depan sebagai pemantap langkahku selanjutnya. Semoga.
popbela.com

Previous
Next Post »